Health Info: Wanna Know about Bells Palsy?

                                             Ilustrasi Bells Palsy. Pic by Google.com



"Git, fotoan yukk.."
"Yuk yuk yuk..."
1..2...3... Cheese...
"Liat dong fotonya, senyumku simetris nggak?"
"Nggak, Git menceng kiri dia.. Hahahah.. Lucu bgt sih pertanyaanmu tu.. :D "

Yeah, you don't know what I mean 

      Well, kurang lebih 2 bulan belakangan hal itulah yang sering jadi pertanyaan kalo abis fotoan sama siapapun. Memang tergolong pertanyaan yang aneh sih. Belum lagi  sering kali mendapat respon yang berhubungan dengan materi kemencengan suatu distribusi data pada mata kuliah metode statistika. Yah, masih masuk akal sih, mengingat lawan bicaranya adalah anak statistik. Kalo lawan bicaranya anak teknik, mungkin beda lagi cerita kali ya :D Usut punya usut kurang lebih 4 bulan yang lalu, I got Bells palsy. Have you ever heard about it, guys?? Well, don't worry, I'm here to tell you then.

Bells Palsy? Apaan tuh?
Nah jadi menurut salah satu bahan ajar mahasiswa kedokteran UNHAS, Bell’s palsy merupakan kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat, tanpa adanya penyakit neurologik lainnya. Sederhananya, Bells palsy ini adalah kelumpuhan wajah akibat peradangan dan pembengkakan saraf perifer yang mengontrol otot pada salah satu sisi wajah, yang menyebabkan perubahan bentuk pada salah satu sisi wajah. Nah, pokoknya si Bells palsy ini menyebabkan kelumpuhan pada salah satu sisi wajah dan menunjukkan gejala yang mirip dengan tanda stroke pada umumnya. Bedasarkan pengalaman pribadi, menurut dr. Ananta Setiabudi, SpS-salah satu dokter di polisaraf RSUD Budhiasih yang menanganiku- Bells palsy itu bisa menyerang siapa aja, termasuk yang masih remaja. Jadi, jangan berpikir penyakit saraf cuma bisa diderita oleh orang-orang yang sudah lanjut usia ya guys! That's why we have to be aware with our health :) Lanjut yukk...

Apa sih penyebab Bells palsy?
      Penyebab penyakit mononeuropati (gangguan hanya pada satu syaraf) yang menyerang syaraf no.7 (syaraf fascialis) ini hingga kini masih dalam penelitian. Beberapa literatur menyebutkan penyakit ini disebabkan karena berbagai bentuk virus. Beberapa penderita menunjukkan Bell’s Palsy erat hubungannya dengan suhu dan udara dingin. Nah, hal ini sangat sesuai dengan jawaban dr. Ananta Setiabudi, SpS saat ditanyai mengenai penyebab 'kemencengan' yang terjadi pada sebagian wajahku. Beliau mengatakan bahwa penyebab Bells Palsy tersebut virus dan dipicu oleh udara dingin, diperjelas dengan pertanyaan Beliau saat mendiagnosa seperti, "Apakah ruangan pembelajaran di kampus ber-AC?" dan "Apakah sering terpapar angin saat berkendara?". Beliau menambahkan bahwa virus, udara dingin, dan daya tahan tubuhku yang sedang lemah merupakan sebuah kombinasi yang sempurna untuk diserang penyakit ini (kata-kata Bapaknya nggak selebay ini sih :v). Nah, hal membuatku ingin merutuki diri sendiri saat itu juga adalah kebiasaan 'menikmati paparan kipas angin secara langsung' ke bagian wajah beberapa hari belakangan. Ditambah lagi ketidaksengajaan tertidur di lantai beberapa kali yang menambah daftar panjang penyesalan yang sayangnya selalu datang terlambat. :v Jadi di sanalah aku -polisaraf RSUD Budhiasih- yang masih menggunakan pakaian dinas akademik, setelah izin mendahului keluar dari matkul pengantar teknologi informasi :v

Gejala awal Bells Palsy gimana sih?
Kalau ciri-ciri orang yang sedang menderita penyakit ini sangat mudah diketahui terutama saat tersenyum dan tertawa-yang ditandai dengan hanya bekerjanya sebagian wajah, gejala awal Bells palsy mungkin belum banyak diketahui. Beberapa diantaranya adalah penurunan kemampuan indra pengecap, kesemutan pada bagian wajah yang terkena, masalah saat mengendalikan mata (pada beberapa kasus, kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna), dan indra pendengaran menjadi bermasalah. Berdasarkan pengalaman pribadi, Bells palsy-ku diawali dengan kesemutan pada bagian wajah saat bangun tidur dan mata kananku yang terasa sakit. Awalnya kupikir karena kesalahan posisi tidur, namun sakit pada sebagian wajah tersebut berlanjut hingga aku memutuskan untuk pergi ke poliklinik kampus. Pemeriksaan tersebut akhirnya berujung pada perintah untuk pemeriksaan lebih lanjut di UGD RSUD Budhiasih dan dari UGD disarankan untuk ke polisaraf. What a pity me! 

Apa yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit Bells palsy?
Berdasarkan beberapa referensi, Bells palsy ini merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya namun tetap harus mendapatkan penanganan sesuai dengan tingkat keparahan risiko dan gejalanya. Menurut Joseph (2017), terapi bell’s palsy umumnya memiliki rencana terapi, obat dan pemulihan yang umum. Namun, kadang-kadang obat dan pengobatan lain juga diperlukan, yang mana tujuan pengobatan ini adalah memperbaiki fungsi saraf wajah, mengurangi kerusakan saraf dan melindungi bagian mata. Website resmi Konimex juga memuat bahwa data dari jurnal menunjukkan bahwa 85% penderita penyakit ini bisa sembuh sempurna dalam waktu 3 minggu dan sebanyak 15% sembuh dalam waktu 3-4 bulan dengan atau tanpa cacat yang menyertainya. Berdasarkan pengalamanku sendiri, Bells palsy ini sembuh dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 3 bulan. Obatnya namanya (lupa) yang didapatkan setelah pemeriksaan di polisaraf, terus hindari segala sesuatu yang 'berbau' dingin seperti paparan langsung kipas angin, AC, tidur di lantai, mandi malem, dan lain sebagainya. Kalo kemana-mana lebih baik memakai masker (sekalian menghindari malu akibat cuma bisa senyum dan ketawa setengah wajah :v). Intinya percaya kalau bisa sembuh, banyakin doa, dan lakukan prosedur pengobatan dengan sebagaimana mestinya. Oh ya, sebenarnya untuk mempercepat proses penyembuhan, aku disarankan buat fisioterapi, tapi karena waktu itu jadwal kuliah lagi padat, jadi nggak bisa ke RS. Aku juga download beberapa video sejenis gerakan pijat wajah untuk Bells palsy di youtube dan rutin kulakukan setiap hari. Dan syukurnya sekarang sudah nggak 'menceng' lagi.. hehehe... 

Nah, dari pengalaman itu aku sadar, bahwa kesehatan itu berharrgaaaa banget, guys. Jadi keinget lirik lagunya Coldplay, "I promise you I will learn from all my mistakes".. hehehe... Senyum dan bahagia juga terasa seberharga itu, karena waktu Bells palsy aku cuma bisa senyum dan ketawa sebagian wajah. Percayalah bahwa itu sangat menyiksa.. :( So guys, wherever you go, whatever you do.. be happy by keeping yourself healthy.. 
Ngambis boleh, tapi tetep jaga kesehatan yaw.. (khusus buat spesies ngambis) ^^
Cayooo... ^^

Referensi 
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/penyakit-bells-palsy-penyebab/
http://www.konimex.com/post/gaya-hidup-sehat/keluarga-sehat/hati-hati-serangan-bells-palsy
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-1-_-Bells-Palsy.pdf


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama