Puisi: Pada Suatu Hari di Persimpangan Puisi




Pada suatu hari di persimpangan puisi,

aku jatuh cinta pada matamu

"Tersesat juga ya?", tanyamu

"Iya" 

Padahal aku hafal di luar kepala setiap belokan, diksi, cetak miring, dan apapun dari tubuh puisi yang berjudul Kesedihan* ini

"Memangnya kamu ingin kemana?", tanyamu lagi

"Menemukan diriku sendiri"


Pada hari lain di persimpangan puisi yang berbeda, aku jatuh cinta pada tawamu

"Apa yang lucu?", tanyaku

"Kenyataan bahwa kita betah menghibur diri di balik kalimat ini"

Kulihat bagian yang kaumaksud, 

Hidup hanya menunda kekalahan**

Aku diam saja, mengamati getir dalam tawamu


Pada hari hari lain di persimpangan puisi yang berbeda-beda beda,

aku tidak pernah kehabisan alasan untuk jatuh cinta

Kau sendiri menjelma hangat yang memabukkan,

adiksi yang tak mampu kutangani

"Menurutmu jatuh cinta seperti apa?", tanyamu

"Manis, membuncah, dan memabukkan. Namun terkadang bodoh dan angkuh, yang biasanya berakhir dengan kehancuran diri sendiri- seperti Icarus"

Seperti aku

"Kau membuatnya terdengar mengerikan, tapi bukankah kau sendiri akan tetap bersedia jatuh di dalamnya?", tanyamu lagi

Iya, aku akan tetap jatuh cinta. Pada puisi-puisi dan persimpangan-persimpangannya, juga pada orang yang selalu kutemui di sana


Pada suatu tempat yang entah, 21 Maret 2022


*Kesedihan, puisi karya M. Aan Mansyur

**Salah satu baris puisi Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama