Reading Recap 2021

         Well, memasuki minggu kedua bulan kedua di tahun 2022 sepertinya terhitung terlalu terlambat buat update perjalanan membaca 2021 yaa, tapi karena niatnya baru terkumpul, harap maklum deh 😊 Anw, 2021’s reading journey was lit! Pengalamannya kaya dan berwarna, mulai dari berhasil membabat TBR fisik yang lama nangkring di rak, akhirnya baca buku yang pengen dibaca sejak lama, menemukan aplikasi membaca dan tracking bacaan baru, daann masih banyak lagi. Oh iyaa, tidak ketinggalan yang sedikit mengguncang (hiyaa mengguncang :v ) adalah ada hal terindikasi mempengaruhi kegiatan membacaku secara signifikan -sehingga jumlah buku yang dibacanya jadi berfluktuasi- wkwkwkwk… Yup, apalagi kalau bukan perubahan fase hidup (eakkk) dari mahasiswa menjadi alumni STIS yang menikmati liburan kemudian menjadi pegawai magang BPS, dan terakhir -yang masih berlaku hingga sekarang- anak galau menunggu pengumuman penempatan wkwkwkwk. Hmm sepertinya cukup sekian dulu mukadimahnya, mari kita bahas satu persatu alasan kenapa pengalaman baca tahun 2021 seru.


1.   Statistik Baca 2021 (eh merinding jadi kek judul publikasi apa gt yak wkwkkw)

Berdasarkan data membaca yang tercatat di Goodreads terdekat, pada tahun 2021 aku berhasil menamatkan 59 buku, tepatnya 15.529 halaman dari ebook dan buku fisik serta 23 jam 7 menit dari audiobook. Target bacanya tahunannya (50 buku) tercapai, tapi dilihat dari jumlah buku dan jumlah halamannya, turun dibandingkan tahun lalu. Oh iya, sebelumnya mau disclaimer dan mengingatkan dulu deh, bahwa apa yang aku tulis di sini nggak bertujuan untuk pamer atau berpartisipasi di lomba siapa yang paling banyak baca yaaa, jadi jangan sampai malah tertekan atau ngerasa pengalaman/kenikmatan bacamu jadi berkurang dengan ngelihat jumlah buku yang dibaca.. Intinya, jangan sampai membaca yang jadi salah satu pelarian/hiburan dari riweuhnya hidup malah jadi menambah rempong gara-gara bersaing sama orang lain wkwkwk.. Anw sejak awal, target baca yang aku tentukan dan statistik baca yang aku buat juga buat fun doang kok, jadi kalo aku merasa tidak sanggup mencapai target atau nggak sempet bikin rekapannya, aku nggak bakal memaksakan diri, gituuu.. Yak lanjut yakkk..

               Nggak kuisi judul gambar ah wkkwkw

 Dilihat dari jenis buku yang kubaca, sama seperti tahun kemarin (2020), buku yang kubaca masih didominasi buku fiksi -tepatnya 50 fiksi dan 9 sisanya adalah nonfiksi. Wkwkkw ketebak sih, mengingat efek refreshing -yang merupakan tujuan utamaku membaca sebagai hobi- lebih terasa saat aku baca fiksi 😊 Entah kenapa baca nonfiksi menurutku membutuhkan energi yang lebih banyak dari fiksi, makanya menambah bacaan nonfiksi sepertinya akan tetap menjadi PR tahun ini. Nggak muluk-muluk biar setengah fiksi setengah nonfiksi juga sihhh wkkwkw, intinya  liat gimana mood nanti aja lah yaa..

Nggak kuisi judul gambar ah wkkwkw

 

Jika dibandingkan dari segi format, masih seperti tahun lalu, buku digital alias ebook masih mendominasi, tepatnya sejumlah 51 buku yang dibaca dari beberapa platform seperti iPusnas, iKaltim (minjem Seperti Dendam-nya Eka Kurniawan soalnya di iPusnas ngantri wkwk), Gramedia Digital, dan Scribd. Dengan selisih yang cukup besar, posisi kedua ditempati oleh buku fisik sebanyak 5 buku dimana 3 diantaranya merupakan TBR (to be read)-ku yang sudah nangkring di rak sejak zaman bahuela. Terakhir, ada 3 audiobooks yang juga merupakan format menikmati buku yang baru kucicipi tahun ini (2021 lo ya maksudnya). Thanks to Scribd yang memungkinkan ini terjadi wkwkwk (lebih jelasnya akan kubahas di bawah).




Dari segi detail halaman dan panjang audiobook dapat dilihat pada grafik di atas. Anw, y axisnya tu jumlah buku sedangkan x-nya adalah rentang halaman buku (kiri) dan panjang audiobook (kanan) (antisipasi sebelum diprotes gegara gaada axis title-nya ye kan wkwkwk). Tmi, ternyata hasilnya berbeda dengan tahun lalu sih, kalo tahun lalu yang terbanyak adalah buku dengan jumlah halaman 101-200 sedangkan tahun ini adalah buku dengan 301-400 halaman. Next..      

  

Dilihat dari bentuk bacaan dan genrenya kurang lebih seperti gambar di atas sihh.. Anw, yang novella sebenarnya kalau diterjemahkan kan novelet (novel yang pendek kurang dr 100 halaman gt) yak, tapi dalam grafik ini kuubah maknanya jadi kategori novel yaa mengingat kategori ini belum ada di pilihannya. Dilihat dari genrenya, jujur sebenarnya general fiction-nya jadi banyak gara-gara kebanyakan buku yang aku bingung genrenya apa malah kumasukin ke sana ehee. Oh ya, terlepas dari sebaran genre bacaan yang terlihat dari pie chart di atas, aku ngerasa tahun ini jenis bacaanku makin beragam dan yak lagi-lagi special thanks to Scribd. Tahun ini aku berhasil mewujudkan resolusiku yaitu baca lebih banyak buku berbahasa Inggris, baca buku yang jadi wishlist-ku sejak lama, juga baca lebih banyak buku-buku Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Vietnam. Jadi makin nyadar bahwa masih banyaaaaakkkk banget buku bagus di luar sana yang belum aku tau. Saatnya menyuarakan kutipan pamungkas, Too many books, so little time Okayyy sekian dulu subbab satuu, ada satu lagi catatan jumlah bacaan per bulan yang akan dibahas di subbab selanjutnya.. (subbab bgt yak wkkwkw)

 

2.   Dinamika Baru dalam Kehidupan Membaca


      Dulu semasih menjadi mahasiswa dan pengangguran terdidik, suka bingung sendiri sama pertanyaan orang-orang di salah satu base perbukuan Twitter -a.k.a Literary Base- yang bunyinya kira-kira gini, “Gimana sih cara bagi waktu antara baca dan kerja?”. Setelah memasuki dunia kerja, aku menyadari alasan orang-orang menanyakan hal tersebut. Ternyata, the struggle is real yak wkwkkw.. Keliatan banget sih dari grafik di atas (y axis-nya masih jumlah buku). Nah, saat bulan seminar dan sidang skripsi (Juni dan Juli), aku punya firasat bahwa dua bulan itu akan menjadi bulan dengan jumlah buku terbaca paling sedikit tahun ini, namun setelah mencapai tiga bulan terakhir tahun 2021 -yang juga merupakan masa on the job training (OJT) alias magang lulusan STIS- ternyata lebih parah wkwkwk, khususnya pada Bulan Oktober dan November sihh. Alasannya mudah ditebak, masih kaget, jadi tempo hidupnya berantakan gituu (eak tempo hidup wkwkwk). Selain itu ya, terkadang setelah pulang kerja, membaca buku (termasuk fiksi lho) terasa terlalu berat aja gitu dibandingkan alternatif hiburan lainnya seperti scrolling sosmed atau nonton film. Di saat-saat itulah aku merasa kehilangan rasa senang yang biasa aku dapatkan dari membaca, dan somehow kadang itu buat aku sedih sih wkwkwk. Tapi yaa sebagaimana yang kubilang sebelumnya, aku bukan tipe yang memaksakan diri, jadi ya aku menikmati fase reading slump-ku sampai aku kembali menemukan kesenangan dari membaca seperti sedikala wkwkwk…

Selain penurunan dalam hal bacaan dibandingkan tahun lalu, di tahun 2021 aku nggak banyak posting review buku di Instagram (padahal di tahun 2020 dah berhasil mereview semua buku yang kubaca heiii :v). Alasannya ya kurang lebih sama sihh wkwkwk. Sebagai anak yang biasanya menulis review lama setelah buku tersebut dibaca, tidak seperti tahun 2020 lalu, di tahun 2021 ini aku nggak bersemangat mengeluarkan effort lebih untuk bengong berlama-lama berusaha mengingat isi puluhan buku yang udah terbaca dan belum ditulis reviewnya itu :v (sakit otak, bund). Jadi ya gitu deh, pasrah wkwkwk

 

3.   Aplikasi Baru untuk Baca

Salah satu hal yang paling kusyukuri di tahun 2021 adalah mengenal Scribd. Jadi di awal tahun, salah satu resolusiku adalah menambah bacaan dalam Bahasa Inggris, tapi jujur bingung sih karena aku nggak tau sumber bacaan legal (selain buku-buku klasik yang sudah public domain) yang bisa diakses. Belum lagi wishlist buku yang makin menumpuk gara-gara suka mantengin booktuber luar yang tidak mungkin dibeli buku fisiknya mengingat harganya yang mahal, bund :” Lalu suatu hari, aku nemu info tentang Scribd di base Twitter (Literary base) yang baru ku-follow wkwkwk (Tmi, aku dah punya Twitter dari lama, tapi baru dipake sejak 2021 lalu cuma buat mantengin Litbase wkwkwk). Jadi, Scribd adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan kita untuk mengakses secara legal berbagai bacaan dan dokumen (kebanyakan berbahasa Inggris) dengan sistem subscription, jadi sebelas duabelas sama Gramedia Digital gitu. Singkatnya, kamu cukup bayar biaya subscription sebulan (Rp70.000), lalu kamu bebas mengakses dokumen/buku yang sedang tersedia. Ajib, kan? Oh iyaa, mantapnya lagi adalah penggunanya bisa share account maksimal 4 orang, jadi cukup dengan 17,5k kamu bisa membaca sepuasnya selama satu bulan. Akan lebih murah lagi kalau kamu beli lewat penjual-penjual sharing account yang ada di Shopee, tapi menurut pengalamanku akunnya lebih nggak stabil jadi perputaran bukunya cepet.

            Nah, setelah mengenal si Scribd ini, akhirnya aku bisa baca satu per satu wishlist buku luar yang pengen kubaca sejak lama dan tentunya mencicipi audiobook yeayyy. Pokoknya seneng banget siihh dan bener-bener jadi banyak pengalaman membaca baru. Sedikit testimoni, baca lewat Scribd nyaman bgt uyyy, langsung ada kamusnya juga yang menyediakan padanan Bahasa Inggris dari kata yang kamu klik lama. Seperti Google Play Book, aplikasi ini juga udah flow text, bisa diatur ukuran hurufnya, bisa di-highlight yang tentunya akan memudahkan proses anotasi buku. Audiobook-nya juga hadir dengan pilihan speed yang sangat membantu bagi orang-orang yang dengerinnya kadang lola seperti aku wkwkwk. Pokoknya sangat kurekomendasikan deh Scribd ini hehee.. Mungkin kapan-kapan (saat aku mood lagi), aku bakal bikin testimoni dan perbandingan dari aplikasi-aplikasi baca yang kugunakan kali yaa.. Well, let’s see 😊

 

4.   Aplikasi Baru untuk Tracking Bacaan

Sepanjang tahun 2021, seperti tahun sebelumnya, aku masih menggunakan aplikasi Goodreads dan Google sheet untuk mencatat kegiatan membacaku. Oh iyaa, fyi, grafik2 di atas aku bikin dari Reading Log yang dapat diunduh pada tautan berikut yaaaaaaa https://www.google.com/amp/s/bookriot.com/2021-reading-log/amp/ . Nah, selain itu, tahun ini (tahun lalu sih) aku juga menggunakan satu aplikasi tracking bacaan baru yaitu Story Graph, alasannya adalah karena aplikasi ini menampilkan informasi yang lebih beragam seperti akumulasi genre, mood dari buku yang dibaca, jumlah halaman dah jumlah buku, trigger warning dari suatu buku, dll. Tampilannya juga menarik dan eye catching jadi sangat mendukung buat cuci mata selepas menuntaskan bacaan hehehe.. Worth to try, guys!

 

5.   Migrasi ke Twitter

Aku menyadari penggunaan istilah migrasi kurang tepat, jadi sementara aku mencari judul yang lebih tepat dan tetap nyentrik mohon untuk memaklumi pengalahgunaan istilah tersebut yak ehe. Nah lanjut, sebagaimana yang sempat kusebut sebelumnya, aku punya akun Twitter sejak lama, tapi baru digunakan sebagaimana mestinya pada tahun 2021 wkwkwk.. Setelah sempat (sedikit) frustrasi karena banyak review buku yang nggak sempat diunggah ke Instagram, aku bertemu Litbase dan berujung berpikir “ah sepertinya seru live reaction buku yang lagi dibaca di Twitter” wkkwkw. Apalagi setelah dibandingkan dengan Instagram, Twitter menawarkan kemudahan untuk menulis pendek sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia dalam bentuk utas. Jadilah akhirnya aku membuat beberapa live reaction saat membaca buku, seperti menghujat tokoh, mengomentari jalan cerita, daaan sebagainya. Kebetulan output yang dihasilkan (cielah output yang dihasilkan) sesuai dengan tujuan awalku membuat review di Instagram yaitu menolak lupa ‘rasa’ dari buku yang sudah dibaca. Jadi mempertegas sedikit, kalau ada yang berpikir “lah kalau bikin review buku di Instagram malah jadi beban, tinggal stop aja bikinnya”. Nah bener banget sih, tapi ya itu, aku anaknya suka sedih kalo suatu hari melupakan hal-hal yang aku anggap menarik dari suatu buku yang sudah kubaca makanya berujung aku ingin mengabadikannya (ceileh mengabadikan) dalam bentuk review. Ya gitu deh pokoknya :v

 

6.   Harapan untuk Kegiatan Membaca Tahun 2022

Target membaca tahun ini masih sama, 50 buku. Tapi yaa seperti yang kubilang sebelumnya, target ya sekadar target, aku nggak akan memaksakan. Harapannya, semoga tahun ini bacaanku bisa makin beragam lagi, makin banyak TBR yang dituntaskan, makin banyak uang buat beli buku dan subscribe aplikasi baca ehe, koleksi iPusnas makin banyak (biar nggak mengular terus antriannya wkwkwk), harga buku turun, pembajak buku makin sedikit, industri buku makin berkembang, ada Gramed/Togamas di Karangasem heiii :v.. Lhaa jadi kemana-mana harapannya wkwkkw.. Intinya, semoga di tahun ini membaca tetap dapat menjadi aktivitas menyenangkan, sarana refleksi yang menenangkan, dan teman untuk melarikan diri dari realitas, juga teman yang menyadarkan bahwa kita nggak pernah sendiri. Seperti kata C.S.Lewis, “we read to know that we are not alone.”


Yak, sekian reading recap kali ini (maunya sih kutambahi Gita's Reading Award 2021 sih, tapi mungkin di postingan terpisah yaa (kalo mood ehe)). Terima kasih telah membaca, dannn kalo pengalaman baca 2021 kalian gimana nih?

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama